Tempat donlot dan info seputar Dunia Online.

Cermin Ketaatan Sejati

Tidak ada komentar
Siang hari panas begitu menyengat. Karena lemah yang mendera begitu hebat, didorong rasa lapar yang kuat, dengan dengan langkah lemah, seorang pengemis datang memasuki Masjid Nabawi di Madinah. Namun ia lihat shalat tengah ditegakkan. Ia pun hanya melihat orang-orang melaksanakan shalat dengan khusyuk.

Ia terus mendekat ke kumpulan orang-orang yang khusyuk shalat itu, akhirnya ia terpaksa meminta-minta kepada orang-orang yang sedang shalat. Putus asa mulai menghampirinya, ia mencoba menghampiri seseorang yang khusyuk melakukan rukuk. Kepadanya ia minta belas kasihan. Ternyata kali ini ia berhasil. Orang itu mengulurkan tangannya dan melepaskan cicin besi indahnya dan memberikan kepada sang pengemis itu.

Setelah menjual cincin itu dan membeli makanan secukupnya. Sang pengemis kembali ke masjid Nabawi, untuk mengucapkan terima kasih pada orang yang memberinya sedekah tadi, orang yang telah mengembalikan kekuatan fisiknya. Rasul saw melihat pengemis itu, dan beliau mendekatinya, beliau bertanya, ''Apakah tadi ada orang yang telah memberimu sedekah?''

''Iya, wahai Rasulullah, ada. Alhamdulillah,'' jawabnya penuh kesyukuran.

“Siapa yang telah memberimu,” Rasul bertanya kembali.

Sembari melihat-lihat para sahabat di dalam masjid itu, ''Orang yang sedang berdiri itu,'' kata si pengemis sambil menunjuk dengan jari tangannya.
''Dalam keadaan apa ia memberimu sedekah?'' Rasul saw bertanya kembali.

“Tadi ia memberiku ketika sedang rukuk. Mohon maaf wahai Rasul, aku terpaksa meminta ketika kalian sedang shalat. Karena sungguh sudah tidak tahan aku menahan rasa lapar ini,” jawab laki-laki tua itu panjang.

''Dia adalah Ali bin Abi Thalib,'' kata Nabi menyebutkan nama orang yang ditunjuk sang pengemis seraya memuji sikap dan kedermawanannya. Beliau lalu membacakan ayat, ''Dan siapa yang mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama Allah) itulah yang pasti menang.'' (al-Maidah : 56)




Agan-agan yang baik, subhanallah betapa mulia yang Ali bin Abi Thalib ra lakukan, dan betapa indah pujian Rasulullah saw kepadanya. Tentu ini menggariskan bagaimana sejatinya cermin dari ibadah kepada-Nya harus terpantul dalam aktifitas kebaikan untuk sesama.

Dalam sejumlah ibadah utama, Allah SWT menggariskan adanya aplikasi nyata dalam keseharian, hubungan dengan sesama manusia. Seperti shalat bahwa shalat yang baik adalah yang khusyuk tapi shalat yang terbaik adalah shalat yang mampu menghantarkannya peduli dengan sesama. Bahkan siapa yang enggan memberi bantuan kepada sesama, maka nilai shalatnya adalah lalai dari subtansi. Seperti dapat kita lihat pada makna dari surah al-Ma’un.

Karena itu, semestinya kesalehan ritual dapat mengantarkan seseorang pada kesalehan sosial. Ini karena memang kesalehan ritual sangat mendukung untuk itu. Tidak tepat dikatakan orang shaleh sejati, jika ia kuasa shalat dengan baik, tapi membiarkan tetangganya kelaparan. Rasul saw sampai menyebutkan, “Tidak termasuk golongan kami (umat Islam) siapa yang tidur dengan nyaman tapi tetangganya kelaparan.”(HR. Muslim)

Bulan Ramadhan mengajarkan kita nilai-nilai ibadah utama dipersembahkan (hablun minallah), seperti puasa, shalat tarawih, tilawah al-Qur’an, tapi sekaligus mengajarkan kita nilai-nilai social yang harus dikedepankan (hablun minannas), seperti memberi makan untuk yang berbuka puasa yang sangat dimotivasi Nabi saw, adanya zakat fitrah, menahan amarah ketika puasa. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu menyandingkan antara kesalehan ritual dengan kesalehan sosial. Amin


Tidak ada komentar :

Posting Komentar